JAKARTA, KOMPAS.com
- Pemerintah mengantisipasi kekurangan stok beras pada akhir tahun dengan
menyiapkan rencana impor 1,5 juta ton beras dari Thailand.
Meski rencana tersebut belum
disetujui Presiden Joko Widodo, perhitungan stok beras saat ini menjadi
perhatian penting. Apalagi, harga beras masih mengalami kenaikan. (Baca: Harga Beras Naik Lagi)
Dengan kondisi tersebut, haruskan impor beras dilakukan di kuartal keempat tahun ini?
Dengan kondisi tersebut, haruskan impor beras dilakukan di kuartal keempat tahun ini?
Wakil Ketua Komite IV Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) RI, Ghazali Abas Adan, mengatakan, ada beberapa hal
yang harus dilakukan pemerintah sebelum memutuskan impor beras.
Pertama, pemerintah perlu memastikan ketersediaan beras yang ada di masyarakat, dalam hal ini para petani.
"Apakah ada persediaan beras yang mereka simpan sehingga tidak dijual, ataupun memang langka sama sekali," ujar Ghazali kepada Kompas.com usai diskusi di Jakarta, Minggu (27/9/2015).
Apabila benar-benar langka, maka pemerintah boleh melakukan impor. Tapi sebaliknya, jika masih ada beras yang disimpan masyarakat, seharusnya pemerintah melalui Perum Bulog melakukan penyerapan beras lokal.
"Kalau tidak ada sama sekali, objectives boleh beli dari luar. Kalau ada, jangan. Ambil yang masyarakat punya, jual ke masyarakat juga. Jadi ada perputaran di antara masyarakat itu," kata dia lagi.
Kedua, sebelum memutuskan untuk impor, pemerintah perlu mengecek apakah ada pemain nakal atau spekulan di pasar. Apakah kenaikan harga beras yang terjadi murni akibat kelangkaan pasokan atau diganggunya pasokan oleh para spekulan.
"Kalau benar-benar tidak ada spekulan, tapi harga mahal, itu lain ceritanya. Namanya kan darurat, tidak masalah kalau harus impor," tutur Ghazali.
Yang pasti, kata dia, pemerintah harus melakukan langkah-langkah intervensi menyikapi tingginya harga bahan kebutuhan pokok masyarakat ini. "Beras kan sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Maka perlu intervensi pemerintah," ujar Ghazali.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, selama satu bulan terakhir harga beras medium secara nasional merangkak naik. Pada 26 Agustus 2015, harga beras medium rata-rata nasional Rp 10.163 per kg.
Pertama, pemerintah perlu memastikan ketersediaan beras yang ada di masyarakat, dalam hal ini para petani.
"Apakah ada persediaan beras yang mereka simpan sehingga tidak dijual, ataupun memang langka sama sekali," ujar Ghazali kepada Kompas.com usai diskusi di Jakarta, Minggu (27/9/2015).
Apabila benar-benar langka, maka pemerintah boleh melakukan impor. Tapi sebaliknya, jika masih ada beras yang disimpan masyarakat, seharusnya pemerintah melalui Perum Bulog melakukan penyerapan beras lokal.
"Kalau tidak ada sama sekali, objectives boleh beli dari luar. Kalau ada, jangan. Ambil yang masyarakat punya, jual ke masyarakat juga. Jadi ada perputaran di antara masyarakat itu," kata dia lagi.
Kedua, sebelum memutuskan untuk impor, pemerintah perlu mengecek apakah ada pemain nakal atau spekulan di pasar. Apakah kenaikan harga beras yang terjadi murni akibat kelangkaan pasokan atau diganggunya pasokan oleh para spekulan.
"Kalau benar-benar tidak ada spekulan, tapi harga mahal, itu lain ceritanya. Namanya kan darurat, tidak masalah kalau harus impor," tutur Ghazali.
Yang pasti, kata dia, pemerintah harus melakukan langkah-langkah intervensi menyikapi tingginya harga bahan kebutuhan pokok masyarakat ini. "Beras kan sesuatu yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat. Maka perlu intervensi pemerintah," ujar Ghazali.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, selama satu bulan terakhir harga beras medium secara nasional merangkak naik. Pada 26 Agustus 2015, harga beras medium rata-rata nasional Rp 10.163 per kg.
Namun, Jumat (25/9/2015), harga
beras medium rata-rata nasional sudah mencapai Rp 10.283 per kg. Artinya, harga
beras medium rata-rata nasional selama sebulan itu belum pernah di bawah Rp
10.000 per kg. Harga beras itu juga belum sampai pada titik harga normal beras
medium, yaitu Rp 8.500 per kg.
Opini dari artikel
diatas :
Di Indonesia kaya akan
sumber daya alam yang sangat melimpah, seperti beras. Jumlah beras Indonesia
menempatin posisi terbesar ketiga didunia. Beras merupakan kebutuhan pokok
utama bagi masyarakat Indonesia, tidak lengkap rasanya jika lidah Indonesia
tidak mengkonsumsi nasi. Dengan kekayaan yang melimpah ini, haruskah Indonesia
mengimpor beras? Sedangkan padi dan petani di Indonesia sangatlah banyak.
Adakah factor yang mempengaruhi hal tersebut? Apakah hal yang harus dilakukan
oleh pemerintah?
Faktor yang
mempengaruhi kelangkaan beras di Indonesia antara lain ,yang pertama
dikarenakan musim kemarau yang berkepanjangan. Hal ini berakibat banyak petani
yang gagal panen. Kedua ada Oknum yang tidak betanggung jawab seperti
oknum-oknum yang melakukan penimbunan beras sehingga beras menjadi langka dan
hargapun menjadi naik. ketiga karena Bibit yang mahal. Factor lain yang
mempengaruhi kelangkaan beras adalah karena profesi petani yang kurang diminati
oleh masyarakat
Karena kelangkaan beras
tersebut, maka pemerintah harus melakukan impor demi memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia. Akan tetapi, sebelum melakukan impor pemerintah harus
mengecek kuota beras yang dibutuhkan masyarakat dan harus memikirkan dampaknya jika
melakukan impor beras.
Sebelum melakukan impor
beras, sebaiknya pemerintah melakukan tindakan untuk menghilangkan masalah
kelangkaan beras. Seperti hal berikut :
1. Para petani diberikan pengarahan atau
pelatihan agar mereka tidak tertipu oleh tingkah laku para tengkulak-tengkulak yang sering memainkan
harga.
2. Para petani sebaiknya diberi arahan
untuk mengolah beras tersebut agar nilai jual beras tersebut naik
4. Pemerintah melakukan perluasan lahan
pertanian
5. Diberikan penyuluhan kepada masyarakat
agar tertarik dengan profesi petani sehingga tidak perlu mencari kerja ke kota
Dengan adanya
permasalahan ini maka akan berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia. Akibatnya
banyak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam memproduksi beras plastic yang dapat dibeli dengan
harga murah dan tentunya sangat berbahaya bagi masyarakat Indonesia. Untuk itu,
masyarakat Indonesia diharapkan tidak bergantung pada beras sebagai bahan
pokok,dan masyarakat Indonesia dapat
mengganti beras dengan bahan baku lain seperti kentang, sagu, singkong, dan
lain-lainnya.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar