Rabu, 09 November 2016

Tugas Softskill 2-Etika Profesi Bisnis

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi etika pada bisnis?
  
Etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh pimpinan, manajer, karyawan, agen, atau perwakilan suatu perusahaan.
Faktor yang mempengaruhi Perilaku Etika. Tiga faktor utamanya, yaitu :
1.      Perbedaan Budaya
Perilaku bisnis orang Indonesia tentu saja berbeda dengan Negara lain. Hal yang sama, daerah atau kota tertentu berbeda perilaku bisnisnya dengan daerah lain. Semakin banyak hal yang diketahui dan semakin baik seseorang memahami suatu situasi, semakin baik pula kesempatannya dalam membuat keputusan-keputusan yang etis. Ketidaktahuan bukanlah alasan yang dapat diterima dalam pandangan hukum, termasuk masalah etika.
2.      Perilaku Organisasi
Dasar etika bisnis adalah bersifat kesadaran etis dan meliputi standar-standar perilaku. Banyak organisasi menyadari betul perlunya menetapkan peraturan-peraturan perusahaan terkait perilaku dan menyediakan tenaga pelatih untuk memperkenalkan dan memberi pemahaman tentang permasalahan etika.
3.      Hubungan Manajemen
Di dalam suatu bisnis perusahaan, penting bagi pihak internal untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama pegawai, atasan, dan bawahan. Degan begitu dapat menciptakan saling pengertian antara pegawai, ataupun antara pimpinan dengan semua pegawai dalam sebuah organisasi; Mendapatkan data-data yang lengkap tentang sikap dan tingkah laku pegawai. Data ini diperlukan dalam rangka pembinaan, pengorganisasian, kerjasama, koordinasi dan evaluasi terhadap pegawai, menciptakan kerjasama yang serasi antara pegawai, menanamkan rasa damai kepada pegawai, menanamkan rasa sukses kepada pegawai sehingga mereka merasa diberi kesempatan untuk maju dalam mengembangkan kariernya, menanamkan loyalitas para pegawai, menanamkan rasa tanggungjawab kepada para pegawai dan menciptakan adanya semangat kerja yang tinggi.
 
  •  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial
Pengertian Etika Manajerial
Etika manajerial adalah keputusan manajemen dan kegiatan organisasi yang berdasarkan pada nilai-nilai atau standar moral yang dianggap baik dan luhur dalam lingkungannya dan masyarakat.Perilaku etis terjadi bila manajer dan karyawan mengikuti prinsip dan nilai-nilai yang disepakati. Manajer dapat memberikan contoh untuk melakukan perilaku etis dengan menetapkan standar menyangkut penggunaan sumber daya organisasi untuk kepentingan perusahaan daan bukan kepentingan pribadi, menangani informasi secara jujur dan rahasia, tidak menggunakan wewenang mereka untuk mempengaruhi orang lain melakukan perilaku tidak etis, tidak membuat kebijakan yang tidak sengaja membuat karyawan berperilaku tidak etis dengan menetapkan tujuan yang masuk akal.
  1.  Leadership
Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan yang beretika dan perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang beretika pula. Ada beberapa hal yang harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu :
  • Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan organisasi.
  • Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa bangga akan perilakunya.
  • Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang diambilnya dan dirinya sendiri.
  • Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk melakukannya.
  • Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
  • Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
2.  Strategi dan performasi
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaa terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
   3.   Karakter individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter individu Faktor –faktor tersebut yangpertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya. Faktor yang kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di tempat kerjanya. Faktor yang ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status individu tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwujud dari tingkah lakunya.
   4.   Budaya perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas. Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.


2. Contoh kode etik pada bisnis
Dalam menjalankan suatu bisnis kita harus memiliki etika dan aturan yang harus kita jalani untuk memajukan usaha atau bisnis yang kita jalankan. Sebuah usaha akan maju dan berhasil jika pengelola bisnis memiliki etika yang baik dan memiliki kecerdasan dalam tim.
Berikut contoh kode etik pada bisnis yaitu :
1. Pengendalian diri 
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etik”.
2.   Pengembanan akan tanggung jawab secara sosial  
Bahwa setiap perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingan yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
3. Menciptakan persaingan yang sehat 
Persaingan wajar dengan mematuhi aturan main tertentu disebut persaingan sehat dan memberi dampak positif bagi pihak-pihak yang bersaing, aitu adanya motivasi untuk lebih baik
4.   Menerapkan konsep “Pembangunan Berkelanjutan” 
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
5.   Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) 
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
6. Mampu menyatakan Benar dan Salah 
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit  (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
 7.  Menumbuhkan sikap saling percaya antar golongan pengusaha 
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
8.  Konsekuen dan konsisten dengan aturan main bersama 
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu demi satu
9. Memelihara kesepakatan 
Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis. 
10.  Menuangkan ke dalam hukum positif 
 Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut.

Sumber :https://thisisdanawriting.wordpress.com/2015/10/11/perilaku-etika-dalam-bisnis/

3. Apa keterkaitannya kode etik bisnis dengan kode etik auditor
Pengertian profesi dalam arti luas diartikan sebagai “pekerjaan penunjangnafkah hidup” dan aktivitas bisnis dapat dianggap sebagai profesi. Bisnis dan Profesi merupakan dua kata yang saling berkaitan. Bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau wadah dimana didalamnya berkumpul banyak orang dari berbagai latar belakang pendidikan dan keahlian untuk bekerjasama dalam menjalankan aktivitas produktif dalam rangka memberikan manfaat ekonomi. Dan profesi merupakan orang-orang yang bekerja didalam lingkup bisnis tersebut. Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. 

Selain dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban yaitu; kompetensi,  objektif dan mengutamakan integritas. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdagangan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
Hal tersebut tidak sama sekali benar, karena akan merugikan berbagai pihak. Hendaknya setiap pelaku bisnis menjalankan bisnisnya sesuai degan kode etik dan prinsip etika yang berlaku. Semua hal yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan sesuatu yang  bermanfaat kepada banyak pihak. Karena pada kenyataannya kode etik bermanfaat untuk mengurangi risiko kerusakan di lingkungan sekitar.

Sumber : https://riyanikusuma.wordpress.com/2013/10/30/perilaku-etika-dalam-bisnis/
 

Senin, 17 Oktober 2016

Tugas 1- Etika Profesi Akuntansi



1.      Perusahaan / auditor yang melakukan kecurangan / pelanggaran etika profesi ? Berikan tanggapan kepada kasus tersebut
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.

Permasalahan
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Sanksi dan Denda
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:
  1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
  2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.
Sumber :

Tanggapan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa PT Kimia Farma telah melakukan penggelembungan pada laba bersih laporan keuangan pada tahun 2001. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kantor kantor akuntan public Hans Tuankotta dan Mustofa telah bekerja sama dengan pihak manajemen PT Kimia Farma untuk melakukan pengelembungan laporan keuangan mencapai 32,6 milyar.
Seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.


2.      Kenapa etika profesi penting ?
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan berkaitan dengan keahlian khusus dalam bidang pekerjaannya. Syarat dikatakan profesi salah satunya yaitu memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai hasil dari pembelajaran formal dan informal. Sedangkan etika berasal dari  dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta ethaEthos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Jadi etika profesi bisa diartikan yaitu segala sesuatu profesi atau pekerjaan yang didasari oleh etika atau kebiasaan sikap dan cara berpikir yang tentunya akan berdampak pada profesi yang dijalani tersebut.
Jadi kesimpulannya dalam kehidupan manusia etika profesi memiliki arti dan peran sangatlah penting, karena etika dalam sebuah profesi harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki seseorang agar sesuai dengan pekerjaannya dalam menghasilkan  nafkah hidup, dan juga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Tanpa memperhatikan adanya etika pada suatu profesi, apa yang semula dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan berakhir dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini oleh masyarakat.

3. Lebih penting mana etika / kemampuan pribadi ?
Menurut saya etika profesi dan kemampuan pribadi memiliki nilai yang sama penting. Akan tetapi yang lebih penting itu adalah etika profesi. Karena dari sebuah etika karakter seseorang akan dibentuk. Seseorang yang memiliki etika akan lebih dihargai daripada seseorang yang memiliki kemampuan. Karena orang yang hanya memiliki kemampuan pribadi belum tentu memiliki karakter yang tinggi pula. Sedangkan seseorang yang memiliki etika profesi yang baik, sudah pasti orang tersebut memiliki kemampuan yang baik pula. Seseorang yang memiliki etika biasanya memiliki batasan dan aturan yang ada pada dirinya sehingga dapat mengendalikan atau mengontrol dirinya untuk berada dijalan yang benar dan tidak melakukan kecurangan atau pelanggaraan baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari    

Jumat, 13 Mei 2016

tugas 2 Bahasa Inggris Bisnis 2 Tentang Passive Voice

A story of romantic love

Sweet Valentine: Baker Emily Jones decorates chocolate hearts at the Lake Champlain Chocolates factory in Burlington, Vermont, on Feb. 11.AP/Toby TalbotFor many, February is the month of romance. 
Valentine’s Day on Feb. 14th gives people a momentum to celebrate love and express it to their object of affection.
The classic formula to mark the occasion usually includes a romantic dinner for two, red roses, chocolate, candy and a greeting card. For those with more money to spend, a holiday getaway and jewelry might come into the picture.
Those skeptical of the day’s hype might refuse to partake in the consumerist frenzy, saying that love should be celebrated on any day of the year. Romantics, who love the special occasion, meticulously plan their activities on Valentine’s Day.And there are those who don’t mind being given a reason to be romantic.
But for every type of person holding different opinions on Valentine’s Day, romantic love is more than dinner and gifts. It is the one drug that everyone loves — as long as it lasts. It gives people energy, sparks creativity, and makes a besotted person incredibly focused on one’s object of affection.
Romantic love is a great motivator and a muse for art. The many poems dedicated to love is testament to that. Love drives people to go the extra mile. The fear of loosing love and jealousy can drive people to the worst of actions, from stalking to murder.
Beyond kowtowing to the demands of a commercialized Valentine’s Day, The Jakarta Post asked people what they did when driven by this intense emotion, and what their perception of romantic love was.
Most answered they wanted an everlasting relationship. A happily married mother of one said love was an illusion, referring to the roles of dopamine and serotonin in our brains. Others say they believe in love in a metaphysical manner. And an editor-cum-artist dreams of a noncommittal everlasting love.
The feisty, 25-year-old Bali-based editor Annisa Dharma said romance or the feeling of infatuation drives her to “assemble beautiful words that woo”. It had also driven her to make what she called “grand gestures”.
“I’ve moved countries for a boy. I’ve made a song for a boy. I’ve created art for a boy. I’ve let go of my ambition for a boy,” she said.
Annisa said her actions were driven by romance.
“I think romance is more of a language. Romance and love don’t go hand in hand,” she said.
“Personally, I can’t be romantic to someone I truly love, and likewise, when I don’t love a person, I can be the most romantic person ever.”
However if she really loves someone, she would not do anything to hurt or harm herself. “Because I’d trust them with all my heart,” she said.
Annisa added she would want love to last forever. “Thus, no commitments…Free and liberating.”
She however would not mind getting married “if I found the right one, in which the relationship didn’t change regardless of the married status. That would mean getting married purely as an act of romance… which is fine,” she said.
For 28-year-old Yolanda Nirmala, love has such a powerful effect on her it made her think twice 
about her religion and chose to live without it. She said she found peace as an agnostic.
“Would it makes sense to you if I told you that being in love once led to me being agnostic? That’s how powerful love is in my life,” she said.
Coming from a conservative Muslim family, Yolanda fell in love with a man who had a Catholic upbringing. She was in her early 20s, in college; meanwhile, her partner was in his early thirties.
Their families disapproved of their relationship because they came from different faiths. They continued to date in secret for fear of being separated.
She and her partner devised a plan to elope to Singapore and live abroad. They started to save up money for their planned future together.
During this time, she started to question religion.
“I started to lose my faith in religion. I started to ask myself: ‘What is the point of religion have if it used to hate other people?’ Because of a different religion, one can hate and stay away from others?”
Life sent her on another path, Yolanda said, as her boyfriend was killed in a car accident in their two years of relationship.
“I was sad as sad can be. But the thing that didn’t die with him, was me being an agnostic,” she said. “I don’t feel there is a strong reason to fit in boxes that separate people.”
For 29-year-old RamdanSudrajat, love has made him do things he never imagined he could do.
“I cleaned my girlfriend’s father’s behind when he was ill after having a stroke,” he said.
“I even surprised myself. I have never even seen my own father naked. That’s the power of love,” he said.
The relationship with his girlfriend eventually fizzled. That was around 2006 he said, and he was over it.
“Failure is normal. Even though I regret the decision to break up. I still remember her as a part of the story of my life,” he said.
“I think love is when you put your trust and hope in someone whom you wish to be your life companion and who will be by your side until you get old,” he said.
While Ramdan is looking to forge a lasting relationship soon, Yolanda said she was not in a rush and was looking for a mature relationship, with a solid long-term plan. “If a guy says sweet things to me such as ‘I like you’ or something similar, until he proves it I would say it’s bulls**t,” she said. And until she finds that love, she is happy with casual dates.
Maria Ferrari, 33, a mother and a singer, has a very rational perspective on romantic love. She believes it is an illusion, and the emotion comes from a combination neurotransmitters in the brain.
“In reality, [most] humans whether they realize it or not are self-centered,” she said. “For me, the deepest and craziest [thing one can do] for ‘love’ is to keep it unspoken.”
She believes a committed relationship occurs when two people agree to want to “know” their partners.
“The ‘want’ is full of conflict. And often it becomes a drama, just like sinetron,” she said. Maria added there was no time frame in getting to know one’s partner. “Because humans are dynamic,” she went on.
Despite her rational perspective, Maria enjoys being infected with the emotions.
“Being high and low is exciting. Because [sometimes] that is what people look for. So life doesn’t feel that bland,” she said.
Scientists have explained love through neuroscience. A professor of Neuroscience in Emory University in Atlanta, Georgia, Larry Young.wrote in scientific journal Nature, that love could be explained by a series of neurochemical events in a specific area of the brain. From his research Young finds that oxytocin levels in the brain may enhance humans ability to form trusting relationships.
Meanwhile anthropologist Helen Fisher states that different neurotransmitters such as testorerone, dopamine, serotonin and oxytocin have roles in the phases of romantic love, which are lust, attraction and attachment. In her articles, Fisher wrote that when someone faces rejection, the body goes into protest and also a renewed passion that she coined “frustration attraction”, which results from the prolong effect of dopamine.
To cope with all the highs and lows of love, Maria suggested being conscious of all these emotions.
Taking advice from meditation teacher, she said: “Consciously enjoy everything, and observe”.







Tenses:
1.      And there are those who don’t mind being given a reason to be romantic à Present Continous
2.       I’ve made a song for a boy à Simple Present
3.      Annisa said her actions were driven by romance à Simple Past
4.      They continued to date in secret for fear of being separated à Present Continous

 

Transjakarta feeder-bus route set for Bekasi
The Jakarta Post, Jakarta | Wed, 03/28/2012 10:35 AM

The Jakarta Transportation Agency will on Wednesday launch a new feeder-bus route to support the Transjakarta busway between Bekasi and the Pulo Gadung terminal in East Jakarta.

Jakarta Transportation Agency chief Udar Pristono said that the route will start at the Pulo Gadung bus terminal and pass through Jl. Raya Bekasi, the Jakarta Outer Ring Road, the Jakarta-Cikampek toll road and Jl. Cut Mutia before ending at the Bekasi terminal.
The route will use bus stops in front of the Social Ministry office and the Bekasi Trade Center, which are both on Jl. Muladi Joyomartono, and in front of the Bank Mandiri office and the Hiba Utama bus depot on Jl. Raya Bekasi, Udar said during a press conference in Jakarta on Tuesday
Each passenger will have to pay a fare of Rp 9,500 (US$1.05), comprising Rp 6,000 for the feeder bus and Rp 3,500 for the Transjakarta bus.
The bus is a high-deck-type with a capacity of 85 passengers, like a Transjakarta bus.
But unlike its Transjakarta counterpart, the feeder bus will be powered by diesel fuel, not compressed natural gas (CNG). “Fifteen buses will serve the route, with a total capacity of 17,340 passengers per day,” Udar said.
He said that he hoped the feeder buses would see commuters from Bekasi who usually used cars or motorcycles to get to Jakarta be converted into using public transportation.
“It cannot absorb the passengers as targeted if commuters still use cars and motorcycles instead of taking public transportation,” he said.
Udar gave the example of the feeder-bus route that stops in front of City Hall, which only has seen around 100 passengers a day utilize the service.
“We have provided the facility but people do not want to use it,” he said.
The agency also demanded that the Bekasi administration provide adequate facilities for passengers, such as parking lots and restaurants, to support the region’s growing bus system.
Based on research from the Greater Jakarta Urban Transportation Policy Integration Project (JUTPI), the number of people commuting from Bekasi to Jakarta grew more than 60 percent in eight years.
There were 423,000 people commuting daily from Bekasi to Jakarta in 2010, compared to 262,000 in 2002.
From the 423,000 Bekasi-Jakarta commuters, 51.1 percent used motorcycles and 29.1 percent drove their cars.
Just 16.3 percent of commuters used bus services and 3.1 percent, or 13,113 passengers, traveled by train each day.
Anisa Titisari, 23, a Bekasi resident who frequently goes to Jakarta to meet with friends, said that she was pleased with the administration’s plan.
“It would be a lot easier to get to Jakarta. I usually have to change several public transportation services to reach Jakarta,” she told The Jakarta Post. However, she hoped that the buses would journey closer to her house in Harapan Indah because it costs her Rp 5,000 to travel to the Bekasi bus terminal.
Several feeder-bus systems have been created by various private real-estate agencies operating in Jakarta’s outskirts, such as in Tangerang and Cikarang.
These private services have been developed to help residents and clients get to Transjakarta bus stops or terminals.



Tenses:
1.      Several feeder-bus systems have been created by various private real-estate agencies operating in Jakarta’s outskirts, such as in Tangerang and Cikarang à Present Perfect

Trade Minister airs concerns over export performance
Hans David Tampubolon
The Jakarta Post, Jakarta | Fri, May 11 2012 | 08:58 am
With the global economy slowly recovering, especially in main export destinations such as Europe and the US, it will be difficult for Indonesia to maintain its trade surplus at last years’ level, a minister said.
Trade Minister Gita Wirjawan said in Jakarta on Thursday that the decline in the demand from Indonesia’s main buyers such as Europe and the US could result in the decline in the country’s exports this year,
“If we can achieve last year’s exports, it will be a good achievement,” Gita said on the sidelines of an economic ministerial meeting at the National Planning Agency (Bappenas) in Jakarta.
Gita also said that imports should be closely monitored so that the surge in the flow of foreign goods into the country would not affect the trade surplus. “We have to stop illegal imports,” he said. “Common illegally imported goods are toys, steel, helmets, fruit and vegetables,” he said, adding that the entry of illegal foreign products had seriously hurt local producers.
To intensify the fight against illegally imported goods, Gita said that the Trade Ministry would conduct much more intensive cooperation with the customs directorate general and law-enforcement officers.
In 2011, Indonesia’s exports were valued at US$203.62 billion and imports were $177.3 billion, making a surplus of $26.32 billion.
Economic think-tank National Economy Committee (KEN) predicted that exports might decline, both in terms of value and volume, due to the ongoing global crisis.
KEN proposed that to prevent a steep export decline, the government should open new markets in other regions for its goods other than the traditional destinations, such as China, the US and Europe.
Finance Minister Agus Martowardojo said that not only Indonesia, but other members of ASEAN also believed that they had to start opening new markets in regions outside their usual export targets.
“One of the new regions that ASEAN countries will try to cooperate with is the Latin America region,” Agus said while adding that the agreement to intensify trade with that region was made during the latest Asian Development Bank (ADB) meeting in Manila.
A joint-report composed by ADB and the Inter-American Development Bank (IDB) reveals that Asia is now Latin America’s second-biggest trading partner, with about a one-fifth share of the total of Latin America and Caribbean trade. 
Growing at an annual average of 20 percent since 2000, trade between Asia and Latin America and the Caribbean reached an estimated $442 billion in 2011.
The surge being fostered by an increase in free trade agreements (FTAs) between Asia and Latin America and the Caribbean.
Between 2004 and 2011 an average of two FTAs took effect every year between the regions, resulting in a total of 18 such agreements today.

Source:

Tenses:
1.      The surge being fostered by an increase in free trade agreements (FTAs) between Asia and Latin America and the Caribbean à Present Continous





$30m Sumatra forest deal in doubt after concerns over funding

May 15, 2012

The future of a much-vaunted $30 million Australian project to protect Indonesian forests for their carbon is in doubt after an independent review found it is not the best use of the money.
The project on the island of Sumatra was announced by Labor in early 2010 to international fanfare, but so far there has been little detail about the project's design.
It is understood there has been no actual on-ground work in Sumatra and officials to date have done research only.
It is the second Australian-Indonesian carbon project to face setbacks. The Herald reported in March that a $47 million project to restore peatland in Kalimantan, launched in 2007, had quietly been scaled back and was suffering major delay.
Indonesia is recognised as the world's fifth-largest producer of greenhouse gases, with 60 per cent of its emissions coming from rapid deforestation and associated activities.
The review of Australia's Indonesian carbon programs, costing $100 million overall, found the Sumatran project ''may not be the most effective utilisation of available funding and that the changing policy context provides an opportunity for reconsideration of the proposal''.
A spokesman for the Climate Change Minister, Greg Combet, said Australia was discussing with the Indonesian government alternative approaches to work in Sumatra.
''Work has not started on the ground because we have not yet agreed on the revised scope of work,'' the spokesman said.
The Sumatra project is a pilot for a proposed global system, known as Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation, in which developing nations could earn money from carbon credits created from forest preservation projects by selling them to rich countries for use in meeting their emission reduction targets.
The independent review was handed to the government early last year, but was only made public by the Australian overseas aid agency AusAID in recent weeks.
It calls for the ''reconsideration'' of the Sumatra pilot in light of the challenges and delays in the Kalimantan project and the emergence of other Indonesian forest schemes, including a $1 billion investment by Norway


Source:


Tenses:
1.      The project on the island of Sumatra was announced by Labor in early 2010 à Past Tense
2.      The independent review was handed to the government early last year, but was only made
3.      public by the Australian overseas aid agency AusAID in recent weeks à Past Tense